Emil Audero sempat digadang-gadang menjadi salah satu kiper muda potensial Italia. Ia tampil konsisten di level klub dan sempat menjadi bagian dari timnas Italia kelompok usia, namun hingga kini namanya belum pernah masuk dalam daftar skuat senior. Bagi banyak penggemar sepak bola, ini menimbulkan pertanyaan besar: kenapa Emil Audero tak kunjung dipanggil timnas senior Italia? Berikut penjelasan lengkapnya dengan pendekatan teknis dan strategis.

1. Kompetisi Ketat di Posisi Kiper

Italia dikenal sebagai negara dengan kedalaman pemain luar biasa di posisi penjaga gawang. Setelah era Gianluigi Buffon, posisi ini diteruskan oleh Gianluigi Donnarumma, lalu nama-nama seperti Alex Meret, Ivan Provedel, hingga Guglielmo Vicario bermunculan dan mengisi daftar skuat. Dalam peta seleksi timnas, Audero masuk dalam kategori “prospek” namun tidak pernah menggeser posisi mereka yang memiliki jam terbang lebih tinggi di klub-klub papan atas.

Secara teknis, pelatih timnas cenderung mempertahankan struktur kompetitif yang ketat berdasarkan kinerja terkini di liga-liga top. Emil Audero, yang sempat bermain reguler di Sampdoria dan sempat bersaing di Inter Milan, tetap berada di lapis kedua karena kurangnya eksposur di kompetisi Eropa dan belum pernah menjadi kiper utama di klub elite secara konsisten.

2. Keterbatasan Performa Teknis Spesifik

Secara karakteristik, Audero unggul dalam refleks, positioning, dan kemampuan menghentikan tembakan jarak dekat. Namun, dalam sepak bola modern, pelatih menilai kiper tidak hanya dari penyelamatan, melainkan juga kontribusi dalam distribusi bola, ball playing, dan komando terhadap lini belakang. Aspek seperti sweeping ability (kemampuan keluar dari kotak penalti), akurasi long pass, hingga komunikasi aktif menjadi pertimbangan krusial.

Dalam hal ini, Emil dianggap belum sepenuhnya memenuhi profil ideal seorang kiper modern yang dibutuhkan untuk mendukung filosofi bermain timnas Italia. Posisi ini sangat taktis, dan pelatih cenderung memilih sosok yang paling sesuai dengan gaya permainan kolektif tim.

3. Status Klub dan Jam Terbang

Perjalanan karier Audero terbilang stabil, namun tidak eksplosif. Ia memang pernah menjadi andalan di klub seperti Sampdoria, tapi sebagian besar kariernya di habiskan di klub yang bermain di papan tengah klasemen. Sementara itu, penjaga gawang yang mendapat kepercayaan di timnas biasanya adalah mereka yang tampil di Liga Champions atau Liga Europa secara reguler, karena di nilai memiliki mentalitas dan kapasitas menghadapi tekanan tingkat tinggi.

Meski Emil menunjukkan konsistensi, hal itu belum cukup untuk mendorongnya masuk dalam radar utama tim nasional. Pelatih cenderung memilih pemain yang memiliki eksposur kompetitif lebih tinggi di kancah Eropa.

4. Kebijakan Rotasi yang Minim

Italia bukan tim yang sering merotasi posisi kiper. Bahkan dalam laga persahabatan sekalipun, pelatih lebih memilih mempertahankan struktur dan chemistry tim. Ini menyebabkan kesempatan pemain seperti Audero untuk tampil di laga resmi menjadi sangat kecil. Ia bahkan belum pernah mendapat pemanggilan sebagai cadangan tetap.

Bahkan dalam skenario darurat, pilihan pelatih akan cenderung jatuh pada nama-nama dengan pengalaman internasional atau kiper muda dengan potensi jangka panjang, seperti Gianluca Mancini atau Marco Carnesecchi.

5. Pergantian Kewarganegaraan

Dalam perkembangan terbaru, Emil Audero memutuskan untuk kembali mengaktifkan kewarganegaraan Indonesianya dan secara resmi menyatakan kesediaannya membela timnas Indonesia. Keputusan ini menjadikannya tidak lagi tersedia untuk Italia, karena regulasi FIFA tidak memperbolehkan pergantian tim nasional setelah pemain tampil dalam laga resmi bersama negara lain.

Dengan memilih Indonesia, Audero membuka lembaran baru dalam karier internasionalnya.

Ia kini menjadi bagian dari proyek jangka panjang timnas Garuda, yang tengah membangun skuat kompetitif untuk pentas Asia dan Piala Dunia.

Emil Audero tidak dipanggil ke timnas Italia karena kombinasi dari faktor teknis, status klub, minimnya peluang rotasi,

dan akhirnya keputusan pribadi untuk bermain bagi Indonesia. Meski peluang di Italia telah tertutup,

kehadirannya di timnas Indonesia justru membuka potensi besar untuk membangun pertahanan yang lebih kokoh dengan pengalaman kelas Eropa yang ia miliki.